Kesahihan cerita dari artikelm ini

Imam Shafi’i washed a shirt sent to him by Imam Ahmad and drank the water it was washed in (Ibn ‘Asakir, Tarikh Dimashq, 5.312).

Imam Shafi’i also would visit the grave of Imam Abu Hanifa and pray there when he had some pressing need and ask God to fulfill that need, which would invariably be fulfilled. (al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, 1.122)

Imam Ahmad made a bequest that he be buried in Bab al-Tibn in the Qati’a cemetery. When asked about this, he responded, “I have strong proof that there is a prophet buried in Qati’a, and I would rather be buried close to a prophet than to my very own father” (Ibn Abi Ya’la, Tabaqat al-Hanabila, 1 . 188).

yat wrote:Artikel asal dari link ini:

http://muslimvillage.com/2012/08/29/27629/the-loss-of-meaning-the-destruction-of-muslim-holy-sites/?utm_source=MV-mail&utm_medium=Email&utm_content=Subscriber%2332733&utm_campaign=newsletter%2029th%20Aug%202012

Penulis adalah sufi bermazhab hanafi (dari page wiki dia)..

Ada 3 riwayat yg saya nak tau kesahihan dia:

Imam Shafi’i washed a shirt sent to him by Imam Ahmad and drank the water it was washed in (Ibn ‘Asakir, Tarikh Dimashq, 5.312).

Imam Shafi’i also would visit the grave of Imam Abu Hanifa and pray there when he had some pressing need and ask God to fulfill that need, which would invariably be fulfilled. (al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, 1.122)

Imam Ahmad made a bequest that he be buried in Bab al-Tibn in the Qati’a cemetery. When asked about this, he responded, “I have strong proof that there is a prophet buried in Qati’a, and I would rather be buried close to a prophet than to my very own father” (Ibn Abi Ya’la, Tabaqat al-Hanabila, 1 . 188).

thtl wrote:penulis sufi mmg tak boleh percaya daa...

Dikisahkan bahwa Imam Syafi'i -rahimahullah- pernah mengatakan : "Aku ngalap berkah (bertabarruk -ket) dengan Abu Hanifah. Aku mendatangi kuburannya setiap hari. Apabila aku ada hajat, maka aku pergi ke sisi kuburannya, sholat dua raka'at dan berdoa di sisi kuburan Abu Hanifah, kemudian tak lama dari itu Allah mengabulkan do'aku".


TAKHRIJ DAN DERAJAT KISAH

BATHIL. Kisah ini dicantumkan oleh al-Khotib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad 1/123 dari jalur Umar bin Ishaq bin Ibrohim dari Ali bin Maimun dari asy-Syafi'i.

Riwayat ini adalah lemah, bahkan bathil, karena Umar bin Ishaq tidak dikenal dan tidak disebutkan dalam kitab-kitab perowi hadits. (Lihat Silsilah Ahadits Adh-Dho'ifah 1/78 oleh al-Albani).

Kisah ini adalah kedustaan yang amat nyata. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata : "Ini adalah kedustaan yang sangat nyata bagi orang yang mengerti ilmu hadits... Orang yang menukil kisah ini hanyalah orang yang sedikit ilmu dan agamanya." (Iqtidho' Shirothil Mustaqim 2/685-686).

Ibnu Qoyyim -rahimahullah- juga berkata : "Kisah ini termasuk kedustaan yang sangat nyata." (Ighotsatul Lahfan 1/399).

Dalam kitab Tab'id Syaithon dijelaskan : "Adapun cerita yang dinukil dari Imam Syafi'i -rahimahullah- bahwa beliau biasa pergi ke kuburan Abu Hanifah -rahimahullah-, maka itu adalah kisah dusta yang nyata." (At-Tawashul Ila Haqiqoti Tawassul hlm. 339-340).

Maka janganlah engkau dengarkan apa yang dikatakan oleh al-Kautsari bahwa sanad kisah ini adalah shohih (Maqolat al-Kautsari hlm. 381), karena ini adalah termasuk kesalahannya.