20 Hadith Maqlubah (13) - Tawassul OKU penglihatan dengan Nabi saw 20:13 Perihat Tawassul dengan Diri Nabi saw
Page 1 of 1
10012012
20 Hadith Maqlubah (13) - Tawassul OKU penglihatan dengan Nabi saw 20:13 Perihat Tawassul dengan Diri Nabi saw
20 Hadith Maqlubah (13) - Tawassul OKU penglihatan dengan Nabi saw
20:13 Perihat Tawassul dengan Diri Nabi saw
Takhrij hadith:
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ
أَنَّ رَجُلًا ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَنِي قَالَ إِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ وَإِنْ شِئْتَ صَبَرْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ فَادْعُهْ قَالَ فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى لِيَ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ أَبِي جَعْفَرٍ وَهُوَ الْخَطْمِيُّ وَعُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ هُوَ أَخُو سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ
terj
(HR Termidzi, no.3502) : Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Ja'far dari 'Umarah bin Khuzaimah bin Tsabit dari Utsman bin Hunaif bahwa seorang laki-laki yang buta matanya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; "Berdo`alah kepada Allah agar menyembuhkanku." beliau bersabda: "jika kamu berkehendak maka saya akan mendo'akanmu, dan jika kamu berkehendak maka bersabarlah, karena hal itu lebih baik bagimu." laki-laki tersebut berkata; "berdo`alah (kepada Allah untukku)." Utsman bin Hunaif berkata; "Lalu beliau ia memerintahkannya untuk berwudhu, kemudian ia pun membaguskan wudhu'nya dan berdo'a dengan do'a berikut ini, "Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu, menghadap kepada-Mu dengan (syafa'at) nabi-Mu Muhammad, nabi yang diutus dengan membawa rahmat." (laki-laki itu berkata); "Aku telah memohon syafa'atmu kepada Rabb-ku untuk memenuhi kebutuhanku." (Sabda beliau): "Ya Allah! Terimalah syafa'atnya untukku." Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya hadits hasan shahih gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini, yaitu dari hadits Abu Ja'far Al Khathmi, sedangkan Utsman bin Hunaif adalah saudara laki-lakinya Sahl bin Hunaif." (Lidwa, juga dikeluarkan oleh Ibn Majah dan an-Nasa`iy)
Tambahan dalam lafaz Ibn Majah:
فَقَالَ ادْعُهْ فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ
Terj:
Maka beliau menyuruhnya agar berwudlu dan membaguskan wudlunya, kemudian shalat dua raka'at dan berdo'a
Tahqiq:
Ia disahihkan oleh Imam Termidzi dan Imam Abu Ishak. Juga disahihkan oleh al-Albani dalam sahih Termidzi.
Kefahaman Maqlubah:
1. Ia menjadi hujah kaum sufi, pengamal tareqat dan ahli tawassul tegar untuk meneruskan apa yang dilakukan oleh Uthman bin Hunaif, yakni terus bertawassul dengan dzat Nabi saw walaupun baginda sudah wafat. Alasan mereka, Nabi saw tidak pernah mati.
2. Solat dua rakaat itu dinamakan oleh orang nusantara dengan Solat Hajat.
Menjawab syubhat:
1. Tawassul=peribadatan yang dapat mendekatkan diri kita kpd Allah (albani)
2. Hadith Uthman bin Hunaif itu sebenarnya boleh bertawassul dengan doa Nabi saw dan dibolehkan saat ketika baginda masih hidup sahaja.
3. Uthman bin Hunaif sebenarnya datang bertujuan meminta doa dari Nabi saw, jika dia bertawassul, cukup untuknya bertawassul di rumahnya saja.
4. Nabi saw mengajar pakej tawassul yang lengkap:
a. kena memurnikan ketawhidan kpd Allah
b. kena dirikan solat sebagai asbab utk diri sendiri bergantung kpd Allah
c. selepas itu barulah meminta Nabi saw mendoakan.
5. Hadith ini telah dikembangkan oleh kaum sufi untuk bukan saja bertawassul dengan Nabi saw, bahkan dengan Wali-wali yang telah mati. Ini satu kefahaman yang maqlubah.
6. Ini juga bukan dalil solat Hajat, bahkan ia cuma solat sunat mutlak aje.
Rumusan:
1.Tawassul dengan zat Nabi saw tidak lagi valid selepas kewafatan baginda.
2. tawassul yang dibolehkan berdasarkan hadith ini mestilah ikut prosedur berikut:
a. anda hendaklah berwudhu' secara sempurna (wudhu' cara Nabi saw;
b. solat sunat 2 rakaat;
c. berdoa dengan doa berikut:
"Ya Allah, aku memohon dengan menghadapkan wajahku kepada MU dengan perantaran imanku dan kasihku kepada Nabi-Mu, Nabi yg ummi pembawa rahmat, maka penuhilah hajatku....bla bla.."
Kalau macam tu mmg boleh.
20:13 Perihat Tawassul dengan Diri Nabi saw
Takhrij hadith:
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ
أَنَّ رَجُلًا ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَنِي قَالَ إِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ وَإِنْ شِئْتَ صَبَرْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ فَادْعُهْ قَالَ فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى لِيَ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ أَبِي جَعْفَرٍ وَهُوَ الْخَطْمِيُّ وَعُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ هُوَ أَخُو سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ
terj
(HR Termidzi, no.3502) : Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Ja'far dari 'Umarah bin Khuzaimah bin Tsabit dari Utsman bin Hunaif bahwa seorang laki-laki yang buta matanya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; "Berdo`alah kepada Allah agar menyembuhkanku." beliau bersabda: "jika kamu berkehendak maka saya akan mendo'akanmu, dan jika kamu berkehendak maka bersabarlah, karena hal itu lebih baik bagimu." laki-laki tersebut berkata; "berdo`alah (kepada Allah untukku)." Utsman bin Hunaif berkata; "Lalu beliau ia memerintahkannya untuk berwudhu, kemudian ia pun membaguskan wudhu'nya dan berdo'a dengan do'a berikut ini, "Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu, menghadap kepada-Mu dengan (syafa'at) nabi-Mu Muhammad, nabi yang diutus dengan membawa rahmat." (laki-laki itu berkata); "Aku telah memohon syafa'atmu kepada Rabb-ku untuk memenuhi kebutuhanku." (Sabda beliau): "Ya Allah! Terimalah syafa'atnya untukku." Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya hadits hasan shahih gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini, yaitu dari hadits Abu Ja'far Al Khathmi, sedangkan Utsman bin Hunaif adalah saudara laki-lakinya Sahl bin Hunaif." (Lidwa, juga dikeluarkan oleh Ibn Majah dan an-Nasa`iy)
Tambahan dalam lafaz Ibn Majah:
فَقَالَ ادْعُهْ فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ
Terj:
Maka beliau menyuruhnya agar berwudlu dan membaguskan wudlunya, kemudian shalat dua raka'at dan berdo'a
Tahqiq:
Ia disahihkan oleh Imam Termidzi dan Imam Abu Ishak. Juga disahihkan oleh al-Albani dalam sahih Termidzi.
Kefahaman Maqlubah:
1. Ia menjadi hujah kaum sufi, pengamal tareqat dan ahli tawassul tegar untuk meneruskan apa yang dilakukan oleh Uthman bin Hunaif, yakni terus bertawassul dengan dzat Nabi saw walaupun baginda sudah wafat. Alasan mereka, Nabi saw tidak pernah mati.
2. Solat dua rakaat itu dinamakan oleh orang nusantara dengan Solat Hajat.
Menjawab syubhat:
1. Tawassul=peribadatan yang dapat mendekatkan diri kita kpd Allah (albani)
2. Hadith Uthman bin Hunaif itu sebenarnya boleh bertawassul dengan doa Nabi saw dan dibolehkan saat ketika baginda masih hidup sahaja.
3. Uthman bin Hunaif sebenarnya datang bertujuan meminta doa dari Nabi saw, jika dia bertawassul, cukup untuknya bertawassul di rumahnya saja.
4. Nabi saw mengajar pakej tawassul yang lengkap:
a. kena memurnikan ketawhidan kpd Allah
b. kena dirikan solat sebagai asbab utk diri sendiri bergantung kpd Allah
c. selepas itu barulah meminta Nabi saw mendoakan.
5. Hadith ini telah dikembangkan oleh kaum sufi untuk bukan saja bertawassul dengan Nabi saw, bahkan dengan Wali-wali yang telah mati. Ini satu kefahaman yang maqlubah.
6. Ini juga bukan dalil solat Hajat, bahkan ia cuma solat sunat mutlak aje.
Rumusan:
1.Tawassul dengan zat Nabi saw tidak lagi valid selepas kewafatan baginda.
2. tawassul yang dibolehkan berdasarkan hadith ini mestilah ikut prosedur berikut:
a. anda hendaklah berwudhu' secara sempurna (wudhu' cara Nabi saw;
b. solat sunat 2 rakaat;
c. berdoa dengan doa berikut:
"Ya Allah, aku memohon dengan menghadapkan wajahku kepada MU dengan perantaran imanku dan kasihku kepada Nabi-Mu, Nabi yg ummi pembawa rahmat, maka penuhilah hajatku....bla bla.."
Kalau macam tu mmg boleh.
20 Hadith Maqlubah (13) - Tawassul OKU penglihatan dengan Nabi saw 20:13 Perihat Tawassul dengan Diri Nabi saw :: Comments
No Comment.
Similar topics
» 20 Hadith Maqlubah (14) - Tawassul lagi 20:14 Tawassul al-Abbas bin Abdil Mutthalib
» 20 Hadith Maqlubah 20-2: Tidak akan masuk syurga dengan amalan
» 20 Hadith Maqlubah-20-4: Bid`ah Hasanah
» 20 Hadith Maqlubah 20-3: Imam kena solat dengan solat yang ringan
» 20 Hadith Maqlubah (8) - Perpecahan 73 puak
» 20 Hadith Maqlubah 20-2: Tidak akan masuk syurga dengan amalan
» 20 Hadith Maqlubah-20-4: Bid`ah Hasanah
» 20 Hadith Maqlubah 20-3: Imam kena solat dengan solat yang ringan
» 20 Hadith Maqlubah (8) - Perpecahan 73 puak
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum