[Perkongsian]: Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
3 posters
Page 1 of 1
[Perkongsian]: Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
Adakah perkara ini memiliki dasar dalam agama Islam?
I. Dalil dari Al-Qur’an:
1. Ayat #1:
إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَن خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Terjemahan: “Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” [Surah Maryam (19) ayat 58]
2. Ayat #2:
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ وَأَنتُمْ سَامِدُونَ
Terjemahan: “Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkan(nya)?” [Surah An-Najm (53) ayat 59-61]
3. Ayat #3:
قُلْ آمِنُواْ بِهِ أَوْ لاَ تُؤْمِنُواْ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِن كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولاً وَيَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Terjemahan: Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. [Surah Al-Isra’ (17) ayat 107-109]
4. Ayat #4:
وَإِذَا سَمِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُواْ مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Terjemahan: “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam).” [Surah Al-Maidah (5) ayat 83]
5. Ayat #5:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
Terjemahan: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” [Surah Al-Hadiid (57) ayat 16]
II. Dalil dari As-Sunnah:
1. Hadits #1:
Dari Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,
قال لي النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : ” اقْرَأْ علَّي القُرآنَ ” قلتُ : يا رسُولَ اللَّه ، أَقْرَأُ عَلَيْكَ ، وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ ؟ ، قالَ : ” إِني أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي ” فقرَأْتُ عليه سورَةَ النِّساء ، حتى جِئْتُ إلى هذِهِ الآية : { فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّة بِشَهيد وِجئْنا بِكَ عَلى هَؤلاءِ شَهِيداً } [ النساء / 40 ] قال ” حَسْبُكَ الآن ” فَالْتَفَتَّ إِليْهِ ، فَإِذَا عِيْناهُ تَذْرِفانِ)
Terjemahan: “Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.”
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari & Muslim]
2. Hadits #2:
Dari Abdullah bin Asy-Syakhir radhiyallahu 'anhu, dia berkata:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الرَّحَى مِنْ الْبُكَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Terjemahan: "Aku pernah melihat Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam solat dan terdengar dari dada beliau suara seperti air yg mendidih dalam periuk karena tangisan beliau".
[Sumber: Hadits riwayat Abu Daud, no. 769 (lidwa)]
3. Hadits #3:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ نَزَلَ بِحُزْنٍ فَإِذَا قَرَأْتُمُوهُ فَابْكُوا فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكَوْا
Terjemahan: Sesungguhnya al-Qur’an ini turun dengan kesedihan, maka jika kamu membacanya hendaklah kamu menangis, jika kamu tidak (bisa) menangis, maka berusahalah untuk menangis.
[Sumber: Hadits riwayat Ibnu Majah.]
[*Catatan: Syeikh Abdul Qadir Al-Arnauth mengomentari hadits ini di dalam tahqiq kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, hal:68: “Isnadnya dha’if”. Tetapi menangis ketika membaca Al-Qur’an merupakan kebiasaan Salafus Shalih]
4. Hadits #4:
Dalam satu hadits riwayat Muslim, disebutkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي إِبْرَاهِيمَ { رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنْ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي } الْآيَةَ وَقَالَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَام { إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُمَّ أُمَّتِي أُمَّتِي وَبَكَى فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ فَسَلْهُ مَا يُبْكِيكَ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَسَأَلَهُ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَا قَالَ وَهُوَ أَعْلَمُ فَقَالَ اللَّهُ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوءُكَ
Terjemahan:
Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membaca firman Allah mengenai Ibrahim: '(Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golonganku) ' (Qs. Ibrahim: 36) hingga akhir ayat. Dan mengenai Isa Alaihissalam: '(Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) ' (Qs. Al Maidah: 118), kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya berdo'a: "Ya Allah, selamatkanlah umatku, selamatkanlah umatku, " dengan bercucuran air mata. Kemudian Allah 'azza wajalla berkata kepada malaikat Jibril: "Temuilah Muhammad -dan Rabbmulah yang lebih tahu- dan tanyakan kepadanya, 'Apa yang membuatmu menangis? ' Maka malaikat Jibril pun bertanya kepada beliau, dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawabnya dengan apa yang dikatakan Allah-dan Allah lebih mengetahui hal itu-. Kemudian Allah berkata: 'Wahai Jibril, temuilah Muhammad dan katakan bahwa Kami akan membuatmu senang dengan umatmu dan tidak akan membuatmu sedih karenanya (Kami akan menyelamatkan semua umatmu) '."
[Sumber: Hadits riwayat Muslim, no. 301 (lidwa)]
5. Hadits #5:
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
Terjemahan: "Kalaulah kalian tahu apa yang aku tahu, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis."
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari, no.6005 (lidwa)]
6. Hadits #6:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahu tentang satu golongan orang-orang yang membaca Al-Qur’an:
يقرئون القران لا يجاوز تراقيهم
Terjemahan: “Mereka membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada tenggorokan mereka.”
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari dan Muslim]
*Maksud hadits: Mereka ini tidak memahami bacaan mereka.
7. Hadits #7:
Al-Bazzar meriwayatkan sebuah hadits melalui Anas secara marfu’ yaitu:
أربعة من الشقاء : جمود العين ، وقساوة القلب ، وطول الأمل ، والحرص على الدنيا
Terjemahan: “Ada empat pekerti yang menyebabkan kecelakaan, yaitu kerasnya mata (tidak pernah menangis karena Allah), hati yang keras, panjang angan-angan, dan rakus terhadap duniawi.”
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Baqarah, ayat 74]
8. Hadits #8:
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan salah satu golongan dari tujuh golongan yang nantinya mendapatkan naungan pada hari saat tidak ada naungan selain naungan Allah (di Padang Mahsyar), yaitu:
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Terjemahan: “serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis."
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari, no. 620 (lidwa)]
III. Contoh dari generasi salafussoleh (yaitu generasi Muslim pada tiga kurun pertama kalendar Hijrah: generasi Sahabat, generasi Tabi’in, dan generasi Tabi'ut Tabi’in):
1. Abu Bakar Ash-Shidiq Radhiallahu Anhu:
Isteri Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, iaitu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ رَجُلًا بَكَّاءً لَا يَمْلِكُ عَيْنَيْهِ إِذَا قَرَأَ الْقُرْآنَ
Terjemahan:
“… sementara Abu Bakar (As-Siddiq) adalah seseorang yang sangat mudah menangis, yang tidak bisa menguasai air matanya apabila dia membaca Al Qur'an.”
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari, no. 456 (lidwa)]
2. Umar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu:
مر عمر بن الخطاب ، رضي الله عنه ، بدير راهب ، قال : فناداه : يا راهب [ يا راهب ] فأشرف . قال : فجعل عمر ينظر إليه ويبكي . فقيل له : يا أمير المؤمنين ، ما يبكيك من هذا ؟ قال : ذكرت قول الله ، - عز وجل - في كتابه : ( عاملة ناصبة تصلى نارا حامية ) فذاك الذي أبكاني .
Terjemahan:
Umar ibnu Al-Khattab r.a. melewati sebuah gereja yang dihuni oleh seorang rahib, maka Umar memanggilnya, “Hai rahib!” Lalu si rahib muncul; maka Umar memandangnya dan menangis. Kemudian ditanyakan kepada Umar, “Mengapa engkau menangis, hai Amirul Mukminin?” Umar menjawab, bahwa ia teringat akan firman Allah s.w.t. yang mengatakan: “bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas.” (Surah Al-Ghasyiyah: 3-4) Itulah yang menyebabkan aku menangis.”
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Ghasyiyah, ayat 1-7]
Berkenaan ayat ini, Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya:
وقوله : ( عاملة ناصبة ) أي : قد عملت عملا كثيرا ، ونصبت فيه ، وصليت يوم القيامة نارا حامية .
Terjemahan: “Firman-Nya [عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ] – yakni mereka banyak melakukan kerja keras yang memayahkan diri mereka, tetapi akhirnya di hari kiamat mereka dimasukkan ke dalam neraka yang amat panas.”
3. Ibnu Abbas (radhiyallahu ‘anhu):
عن عكرمة قال : جئت ابن عباس يوما وهو يبكي ، وإذا المصحف في حجره ، فأعظمت أن أدنو ، ثم لم أزل على ذلك حتى تقدمت فجلست ، فقلت : ما يبكيك يا أبا عباس ، جعلني الله فداك ؟ قال : فقال : هؤلاء الورقات . قال : وإذا هو في " سورة الأعراف "
Terjemahan:
Dari Ikrimah (seorang sahabat Nabi), dia mengatakan: “Pada suatu hari, aku pernah datang kepada Ibnu Abbas. Saat itu Ibnu Abbas sedang menangis, dan tiba-tiba ternyata ia sedang memegang mushaf di pangkuannya. Maka aku merasa segan untuk mendekat kepadanya. Aku masih tetap dalam keadaan demikian (menjauh darinya) hingga pada akhirnya memberanikan diri untuk maju dan duduk di dekatnya, lalu aku bertanya , “Hai Ibnu Abbas, apakah yang membuatmu menangis? Semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu.” Ibnu Abbas menjawab, “Kerana lembaran-lembaran ini.” Ikrimah melanjutkan kisahnya, “Ternyata lembaran-lembaran yang dimaksudkan adalah surah Al-A’raf.”
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-A’raf ayat 164-166]
4. Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu (anak kepada Umar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu):
عن مجاهد ، قال : دخلت على ابن عباس فقلت : يا أبا عباس ، كنت عند ابن عمر فقرأ هذه الآية فبكى . قال : أية آية ؟ قلت : ( وإن تبدوا ما في أنفسكم أو تخفوه )
Terjemahan:
Dari Mujahid, dia mengatakan, bahwa dia pernah masuk menemui Ibnu Abbas, lalu ia berkata, “Wahai Ibnu Abbas, ketika aku berada di rumah Ibnu Umar, ia membacakan ayat ini, lalu ia menangis.” Ibnu Abbas bertanya, “Ayat apakah itu?” Ia menjawab bahwa yang dimaksud adalah firman-Nya: “Dan jika kalian melahirkan apa yang ada dalam hati hati kalian atau kalian menyembunyikannya…” (Surah Al-Baqarah: 284).
Dalam riwayat lain dari Sa’id ibnu Murjanah, disebutkan:
عن ابن شهاب ، عن سعيد بن مرجانة ، سمعه يحدث أنه بينما هو جالس مع عبد الله بن عمر تلا هذه الآية : ( لله ما في السماوات وما في الأرض وإن تبدوا ما في أنفسكم أو تخفوه يحاسبكم به الله فيغفر لمن يشاء ) الآية . فقال : والله لئن واخذنا الله بهذا لنهلكن ، ثم بكى ابن عمر حتى سمع نشيجه
Terjemahan:
Dari Ibnu Syihab, dari Sa’id ibnu Murjanah, bahwa Ibnu Syihab pernah mendengar Sa’id ibnu Murjanah menceritakan hadits berikut, ketika dia sedang duduk bersama Abdullah ibnu Umar, maka Ibnu Umar membacakan firman-Nya: “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya.” (Surah Al-Baqarah: 284), hingga akhir ayat. Lalu ia mengatakan, “Demi Allah, sekiranya kita dihukum oleh Allah disebabkan hal ini, niscaya kita akan binasa,” kemudian ia menangis sehingga terdengar isakannya.
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Baqarah ayat 284]
5. Abdullah ibnu Rawwahah radhiyallahu ‘anhu (salah seorang sahabat Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam):
كان عبد الله بن رواحة واضعا رأسه في حجر امرأته ، فبكى ، فبكت امرأته فقال ما يبكيك ؟ فقالت : رأيتك تبكي فبكيت . قال : إني ذكرت قول الله عز وجل : ( وإن منكم إلا واردها ) ، فلا أدري أنجو منها أم لا ؟ وفي رواية : وكان مريضا .
Terjemahan:
Abdullah ibnu Rawwahah di suatu hari sedang meletakkan kepalanya di pangkuan istrinya. Lalu ia menangis, dan istrinya ikut menangis. Maka Abdullah bertanya, “Mengapa kamu ikut menangis?” Istrinya menjawab, “Saya melihat kanda menangis, maka saya ikut menangis.” Abdullah ibnu Rawwahah berkata bahwa dia teringat akan firman Allah s.w.t. yang mengatakan: “Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu.” (Surah Maryam: 71). (Kata Abdullah ibnu Rawwahah lagi), “Saya tidak mengetahui apakah diri saya dapat selamat dari neraka ataukah tidak.” Menurut riwayat yang lain, saat itu Abdullah ibnu Rawwahah sedang dalam keadaan sakit.
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Maryam ayat 71-72]
6. Raja Najasyi (yaitu raja beragama Kristian di negeri Habsyah (yang kemudiannya menganut agama Islam) pada masa hijrah kaum Muslimin dari Makkah ke Habsyah):
Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, pada suatu ketika, seorang sahabat Nabi sallallahu 'alaihi wasallam bernama Ja'far bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu pergi menghadap Raja Najasyi yang ketika itu disertai pembesar-pembesar agama Kristian dan terjadi dialog antara Ja'far dengan Raja Najasyi.
فَقَالَ لَهُ النَّجَاشِيُّ هَلْ مَعَكَ مِمَّا جَاءَ بِهِ عَنْ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالَتْ فَقَالَ لَهُ جَعْفَرٌ نَعَمْ فَقَالَ لَهُ النَّجَاشِيُّ فَاقْرَأْهُ عَلَيَّ فَقَرَأَ عَلَيْهِ صَدْرًا مِنْ كهيعص قَالَتْ فَبَكَى وَاللَّهِ النَّجَاشِيُّ حَتَّى أَخْضَلَ لِحْيَتَهُ وَبَكَتْ أَسَاقِفَتُهُ حَتَّى أَخْضَلُوا مَصَاحِفَهُمْ حِينَ سَمِعُوا مَا تَلَا عَلَيْهِمْ
Terjemahan:
Maka Raja Najasyi bertanya kepadanya; "Apakah ada sesuatu yang kau bawa dari apa yang datang dari Allah?" Ja'far menjawab; "Ya." Raja Najasyi berkata; "Bacakan kepadaku!" Maka Ja'far membacanya (*yaitu membaca surah Maryam yang terkandung kisah Maryam dan Nabi Isa) dengan memulai dari; KAF HA YA 'AIN SHAD." Ummu Salamah berkata; Maka Raja Najasyi, demi Allah, menangis sampai basah jenggotnya dan begitu juga para tokoh agamanya ikut menangis sampai mushaf-mushaf mereka basah ketika mendengar apa yang dibacakan di hadapan mereka.
[Sumber: Hadits riwayat Imam Ahmad, hadits no. 1649 (lidwa). Lihat juga: Al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum, 97-99, Riyadh: Uli al-Nuha]
7. Abu Maisarah (nama sebenar: 'Amru ibnu Syurahbil, dari generasi Tabi'in)
كان أبو ميسرة إذا أوى إلى فراشه قال : يا ليت أمي لم تلدني ثم يبكي ، فقيل : ما يبكيك يا أبا ميسرة ؟ فقال : أخبرنا أنا واردوها ، ولم نخبر أنا صادرون عنها .
Terjemahan:
Abu Maisarah apabila berbaring di tempat peraduannya selalu mengatakan, "Aduhai, sekiranya ibuku tidak melahirkan diriku." Kemudian dia menangis. Maka ketika ditanya kepadanya, "Hai Abu Maisarah, mengapa engkau menangis?" Abu Maisarah menjawab, "Kita telah diberitahu bahwa kita akan mendatangi neraka itu (*merujuk pada Surah Maryam ayat 71) dan tidak diberitahu bahwa kita akan keluar darinya."
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Maryam ayat 71-72]
8. Wahib ibnul Ward (dari generasi Tabi’in):
كما روى ابن أبي حاتم من حديث محمد بن يزيد بن خنيس المكي ، عن وهيب بن الورد : أنه قرأ : ( وإذ يرفع إبراهيم القواعد من البيت وإسماعيل ربنا تقبل منا ) ثم يبكي ويقول : يا خليل الرحمن ، ترفع قوائم بيت الرحمن وأنت مشفق أن لا يتقبل منك
Terjemahan: “Seperti apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim melalui hadis Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais Al-Makki, dari Wahib ibnul Ward, bahwa ia membaca firman-Nya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami).” (Surah Al-Baqarah:127). Kemudian Wahib Ibnul Ward menangis dan mengatakan, “Wahai kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, engkau sedang meninggikan dasar-dasar Baitullah, tetapi engkau merasa takut bila amalanmu tidak diterima.”
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Baqarah, lanjutan ayat 125-128]
9. Abdul A'la At-Taimi (dari generasi Tabi'in):
Kata beliau:
" مَنْ أُوتِيَ مِنْ الْعِلْمِ مَا لَا يُبْكِيهِ لَخَلِيقٌ أَنْ لَا يَكُونَ أُوتِيَ عِلْمًا يَنْفَعُهُ ، لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى نَعَتَ الْعُلَمَاءَ ، ثُمَّ قَرَأ : إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ إِلَى قَوْلِهِ يَبْكُونَ سورة الإسراء آية 107 - 109 "
terjemahan: "Barangsiapa yang telah diberi ilmu namun tidak menjadikannya menangis kepada Al-Khaliq (Allah), maka hakikatnya ia tidak diberi ilmu. Sebab Allah telah mensifati para ulama (orang-orang yang berilmu) seraya berfirman: (dalam Surah Al-Isra' ayat 107-109):
قُلْ آمِنُواْ بِهِ أَوْ لاَ تُؤْمِنُواْ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِن كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولاً وَيَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Terjemahan: Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. [Surah Al-Isra’ (17) ayat 107-109]
[Sumber: Hadits Maqthu' - Sunan Ad-Darimi]
10. Lain-lain:
Ibnu Katsir ada menyebutkan dalam kitab tafsirnya:
قال بعض السلف : إذا سمعت المثل في القرآن فلم أفهمه بكيت على نفسي ؛ لأن الله تعالى يقول : ( وتلك الأمثال نضربها للناس وما يعقلها إلا العالمون )
Terjemahan:
Sebagian salaf (generasi Muslim 3 kurun pertama) mengatakan, “Apabila aku mendengar perumpamaan di dalam Al-Qur’an, lalu aku tidak memahaminya, maka aku menangisi diriku sendiri, karena Allah SWT telah berfirman: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Surah Al-Ankabut:43)
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Baqarah, ayat 26-27]
Wallahu a'lam.
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
Adakah perkara ini memiliki dasar dalam agama Islam?
I. Dalil dari Al-Qur’an:
1. Ayat #1:
إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَن خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Terjemahan: “Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” [Surah Maryam (19) ayat 58]
2. Ayat #2:
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ وَأَنتُمْ سَامِدُونَ
Terjemahan: “Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkan(nya)?” [Surah An-Najm (53) ayat 59-61]
3. Ayat #3:
قُلْ آمِنُواْ بِهِ أَوْ لاَ تُؤْمِنُواْ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِن كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولاً وَيَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Terjemahan: Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. [Surah Al-Isra’ (17) ayat 107-109]
4. Ayat #4:
وَإِذَا سَمِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُواْ مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Terjemahan: “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam).” [Surah Al-Maidah (5) ayat 83]
5. Ayat #5:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
Terjemahan: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” [Surah Al-Hadiid (57) ayat 16]
II. Dalil dari As-Sunnah:
1. Hadits #1:
Dari Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,
قال لي النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : ” اقْرَأْ علَّي القُرآنَ ” قلتُ : يا رسُولَ اللَّه ، أَقْرَأُ عَلَيْكَ ، وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ ؟ ، قالَ : ” إِني أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي ” فقرَأْتُ عليه سورَةَ النِّساء ، حتى جِئْتُ إلى هذِهِ الآية : { فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّة بِشَهيد وِجئْنا بِكَ عَلى هَؤلاءِ شَهِيداً } [ النساء / 40 ] قال ” حَسْبُكَ الآن ” فَالْتَفَتَّ إِليْهِ ، فَإِذَا عِيْناهُ تَذْرِفانِ)
Terjemahan: “Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.”
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari & Muslim]
2. Hadits #2:
Dari Abdullah bin Asy-Syakhir radhiyallahu 'anhu, dia berkata:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الرَّحَى مِنْ الْبُكَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Terjemahan: "Aku pernah melihat Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam solat dan terdengar dari dada beliau suara seperti air yg mendidih dalam periuk karena tangisan beliau".
[Sumber: Hadits riwayat Abu Daud, no. 769 (lidwa)]
3. Hadits #3:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ نَزَلَ بِحُزْنٍ فَإِذَا قَرَأْتُمُوهُ فَابْكُوا فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكَوْا
Terjemahan: Sesungguhnya al-Qur’an ini turun dengan kesedihan, maka jika kamu membacanya hendaklah kamu menangis, jika kamu tidak (bisa) menangis, maka berusahalah untuk menangis.
[Sumber: Hadits riwayat Ibnu Majah.]
[*Catatan: Syeikh Abdul Qadir Al-Arnauth mengomentari hadits ini di dalam tahqiq kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, hal:68: “Isnadnya dha’if”. Tetapi menangis ketika membaca Al-Qur’an merupakan kebiasaan Salafus Shalih]
4. Hadits #4:
Dalam satu hadits riwayat Muslim, disebutkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي إِبْرَاهِيمَ { رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنْ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي } الْآيَةَ وَقَالَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَام { إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُمَّ أُمَّتِي أُمَّتِي وَبَكَى فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ فَسَلْهُ مَا يُبْكِيكَ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَسَأَلَهُ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَا قَالَ وَهُوَ أَعْلَمُ فَقَالَ اللَّهُ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوءُكَ
Terjemahan:
Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membaca firman Allah mengenai Ibrahim: '(Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golonganku) ' (Qs. Ibrahim: 36) hingga akhir ayat. Dan mengenai Isa Alaihissalam: '(Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) ' (Qs. Al Maidah: 118), kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya berdo'a: "Ya Allah, selamatkanlah umatku, selamatkanlah umatku, " dengan bercucuran air mata. Kemudian Allah 'azza wajalla berkata kepada malaikat Jibril: "Temuilah Muhammad -dan Rabbmulah yang lebih tahu- dan tanyakan kepadanya, 'Apa yang membuatmu menangis? ' Maka malaikat Jibril pun bertanya kepada beliau, dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawabnya dengan apa yang dikatakan Allah-dan Allah lebih mengetahui hal itu-. Kemudian Allah berkata: 'Wahai Jibril, temuilah Muhammad dan katakan bahwa Kami akan membuatmu senang dengan umatmu dan tidak akan membuatmu sedih karenanya (Kami akan menyelamatkan semua umatmu) '."
[Sumber: Hadits riwayat Muslim, no. 301 (lidwa)]
5. Hadits #5:
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
Terjemahan: "Kalaulah kalian tahu apa yang aku tahu, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis."
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari, no.6005 (lidwa)]
6. Hadits #6:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahu tentang satu golongan orang-orang yang membaca Al-Qur’an:
يقرئون القران لا يجاوز تراقيهم
Terjemahan: “Mereka membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada tenggorokan mereka.”
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari dan Muslim]
*Maksud hadits: Mereka ini tidak memahami bacaan mereka.
7. Hadits #7:
Al-Bazzar meriwayatkan sebuah hadits melalui Anas secara marfu’ yaitu:
أربعة من الشقاء : جمود العين ، وقساوة القلب ، وطول الأمل ، والحرص على الدنيا
Terjemahan: “Ada empat pekerti yang menyebabkan kecelakaan, yaitu kerasnya mata (tidak pernah menangis karena Allah), hati yang keras, panjang angan-angan, dan rakus terhadap duniawi.”
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Baqarah, ayat 74]
8. Hadits #8:
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan salah satu golongan dari tujuh golongan yang nantinya mendapatkan naungan pada hari saat tidak ada naungan selain naungan Allah (di Padang Mahsyar), yaitu:
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Terjemahan: “serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis."
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari, no. 620 (lidwa)]
III. Contoh dari generasi salafussoleh (yaitu generasi Muslim pada tiga kurun pertama kalendar Hijrah: generasi Sahabat, generasi Tabi’in, dan generasi Tabi'ut Tabi’in):
1. Abu Bakar Ash-Shidiq Radhiallahu Anhu:
Isteri Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, iaitu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ رَجُلًا بَكَّاءً لَا يَمْلِكُ عَيْنَيْهِ إِذَا قَرَأَ الْقُرْآنَ
Terjemahan:
“… sementara Abu Bakar (As-Siddiq) adalah seseorang yang sangat mudah menangis, yang tidak bisa menguasai air matanya apabila dia membaca Al Qur'an.”
[Sumber: Hadits riwayat Bukhari, no. 456 (lidwa)]
2. Umar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu:
مر عمر بن الخطاب ، رضي الله عنه ، بدير راهب ، قال : فناداه : يا راهب [ يا راهب ] فأشرف . قال : فجعل عمر ينظر إليه ويبكي . فقيل له : يا أمير المؤمنين ، ما يبكيك من هذا ؟ قال : ذكرت قول الله ، - عز وجل - في كتابه : ( عاملة ناصبة تصلى نارا حامية ) فذاك الذي أبكاني .
Terjemahan:
Umar ibnu Al-Khattab r.a. melewati sebuah gereja yang dihuni oleh seorang rahib, maka Umar memanggilnya, “Hai rahib!” Lalu si rahib muncul; maka Umar memandangnya dan menangis. Kemudian ditanyakan kepada Umar, “Mengapa engkau menangis, hai Amirul Mukminin?” Umar menjawab, bahwa ia teringat akan firman Allah s.w.t. yang mengatakan: “bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas.” (Surah Al-Ghasyiyah: 3-4) Itulah yang menyebabkan aku menangis.”
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Ghasyiyah, ayat 1-7]
Berkenaan ayat ini, Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya:
وقوله : ( عاملة ناصبة ) أي : قد عملت عملا كثيرا ، ونصبت فيه ، وصليت يوم القيامة نارا حامية .
Terjemahan: “Firman-Nya [عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ] – yakni mereka banyak melakukan kerja keras yang memayahkan diri mereka, tetapi akhirnya di hari kiamat mereka dimasukkan ke dalam neraka yang amat panas.”
3. Ibnu Abbas (radhiyallahu ‘anhu):
عن عكرمة قال : جئت ابن عباس يوما وهو يبكي ، وإذا المصحف في حجره ، فأعظمت أن أدنو ، ثم لم أزل على ذلك حتى تقدمت فجلست ، فقلت : ما يبكيك يا أبا عباس ، جعلني الله فداك ؟ قال : فقال : هؤلاء الورقات . قال : وإذا هو في " سورة الأعراف "
Terjemahan:
Dari Ikrimah (seorang sahabat Nabi), dia mengatakan: “Pada suatu hari, aku pernah datang kepada Ibnu Abbas. Saat itu Ibnu Abbas sedang menangis, dan tiba-tiba ternyata ia sedang memegang mushaf di pangkuannya. Maka aku merasa segan untuk mendekat kepadanya. Aku masih tetap dalam keadaan demikian (menjauh darinya) hingga pada akhirnya memberanikan diri untuk maju dan duduk di dekatnya, lalu aku bertanya , “Hai Ibnu Abbas, apakah yang membuatmu menangis? Semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu.” Ibnu Abbas menjawab, “Kerana lembaran-lembaran ini.” Ikrimah melanjutkan kisahnya, “Ternyata lembaran-lembaran yang dimaksudkan adalah surah Al-A’raf.”
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-A’raf ayat 164-166]
4. Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu (anak kepada Umar Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu):
عن مجاهد ، قال : دخلت على ابن عباس فقلت : يا أبا عباس ، كنت عند ابن عمر فقرأ هذه الآية فبكى . قال : أية آية ؟ قلت : ( وإن تبدوا ما في أنفسكم أو تخفوه )
Terjemahan:
Dari Mujahid, dia mengatakan, bahwa dia pernah masuk menemui Ibnu Abbas, lalu ia berkata, “Wahai Ibnu Abbas, ketika aku berada di rumah Ibnu Umar, ia membacakan ayat ini, lalu ia menangis.” Ibnu Abbas bertanya, “Ayat apakah itu?” Ia menjawab bahwa yang dimaksud adalah firman-Nya: “Dan jika kalian melahirkan apa yang ada dalam hati hati kalian atau kalian menyembunyikannya…” (Surah Al-Baqarah: 284).
Dalam riwayat lain dari Sa’id ibnu Murjanah, disebutkan:
عن ابن شهاب ، عن سعيد بن مرجانة ، سمعه يحدث أنه بينما هو جالس مع عبد الله بن عمر تلا هذه الآية : ( لله ما في السماوات وما في الأرض وإن تبدوا ما في أنفسكم أو تخفوه يحاسبكم به الله فيغفر لمن يشاء ) الآية . فقال : والله لئن واخذنا الله بهذا لنهلكن ، ثم بكى ابن عمر حتى سمع نشيجه
Terjemahan:
Dari Ibnu Syihab, dari Sa’id ibnu Murjanah, bahwa Ibnu Syihab pernah mendengar Sa’id ibnu Murjanah menceritakan hadits berikut, ketika dia sedang duduk bersama Abdullah ibnu Umar, maka Ibnu Umar membacakan firman-Nya: “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya.” (Surah Al-Baqarah: 284), hingga akhir ayat. Lalu ia mengatakan, “Demi Allah, sekiranya kita dihukum oleh Allah disebabkan hal ini, niscaya kita akan binasa,” kemudian ia menangis sehingga terdengar isakannya.
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Baqarah ayat 284]
5. Abdullah ibnu Rawwahah radhiyallahu ‘anhu (salah seorang sahabat Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam):
كان عبد الله بن رواحة واضعا رأسه في حجر امرأته ، فبكى ، فبكت امرأته فقال ما يبكيك ؟ فقالت : رأيتك تبكي فبكيت . قال : إني ذكرت قول الله عز وجل : ( وإن منكم إلا واردها ) ، فلا أدري أنجو منها أم لا ؟ وفي رواية : وكان مريضا .
Terjemahan:
Abdullah ibnu Rawwahah di suatu hari sedang meletakkan kepalanya di pangkuan istrinya. Lalu ia menangis, dan istrinya ikut menangis. Maka Abdullah bertanya, “Mengapa kamu ikut menangis?” Istrinya menjawab, “Saya melihat kanda menangis, maka saya ikut menangis.” Abdullah ibnu Rawwahah berkata bahwa dia teringat akan firman Allah s.w.t. yang mengatakan: “Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu.” (Surah Maryam: 71). (Kata Abdullah ibnu Rawwahah lagi), “Saya tidak mengetahui apakah diri saya dapat selamat dari neraka ataukah tidak.” Menurut riwayat yang lain, saat itu Abdullah ibnu Rawwahah sedang dalam keadaan sakit.
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Maryam ayat 71-72]
6. Raja Najasyi (yaitu raja beragama Kristian di negeri Habsyah (yang kemudiannya menganut agama Islam) pada masa hijrah kaum Muslimin dari Makkah ke Habsyah):
Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, pada suatu ketika, seorang sahabat Nabi sallallahu 'alaihi wasallam bernama Ja'far bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu pergi menghadap Raja Najasyi yang ketika itu disertai pembesar-pembesar agama Kristian dan terjadi dialog antara Ja'far dengan Raja Najasyi.
فَقَالَ لَهُ النَّجَاشِيُّ هَلْ مَعَكَ مِمَّا جَاءَ بِهِ عَنْ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالَتْ فَقَالَ لَهُ جَعْفَرٌ نَعَمْ فَقَالَ لَهُ النَّجَاشِيُّ فَاقْرَأْهُ عَلَيَّ فَقَرَأَ عَلَيْهِ صَدْرًا مِنْ كهيعص قَالَتْ فَبَكَى وَاللَّهِ النَّجَاشِيُّ حَتَّى أَخْضَلَ لِحْيَتَهُ وَبَكَتْ أَسَاقِفَتُهُ حَتَّى أَخْضَلُوا مَصَاحِفَهُمْ حِينَ سَمِعُوا مَا تَلَا عَلَيْهِمْ
Terjemahan:
Maka Raja Najasyi bertanya kepadanya; "Apakah ada sesuatu yang kau bawa dari apa yang datang dari Allah?" Ja'far menjawab; "Ya." Raja Najasyi berkata; "Bacakan kepadaku!" Maka Ja'far membacanya (*yaitu membaca surah Maryam yang terkandung kisah Maryam dan Nabi Isa) dengan memulai dari; KAF HA YA 'AIN SHAD." Ummu Salamah berkata; Maka Raja Najasyi, demi Allah, menangis sampai basah jenggotnya dan begitu juga para tokoh agamanya ikut menangis sampai mushaf-mushaf mereka basah ketika mendengar apa yang dibacakan di hadapan mereka.
[Sumber: Hadits riwayat Imam Ahmad, hadits no. 1649 (lidwa). Lihat juga: Al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum, 97-99, Riyadh: Uli al-Nuha]
7. Abu Maisarah (nama sebenar: 'Amru ibnu Syurahbil, dari generasi Tabi'in)
كان أبو ميسرة إذا أوى إلى فراشه قال : يا ليت أمي لم تلدني ثم يبكي ، فقيل : ما يبكيك يا أبا ميسرة ؟ فقال : أخبرنا أنا واردوها ، ولم نخبر أنا صادرون عنها .
Terjemahan:
Abu Maisarah apabila berbaring di tempat peraduannya selalu mengatakan, "Aduhai, sekiranya ibuku tidak melahirkan diriku." Kemudian dia menangis. Maka ketika ditanya kepadanya, "Hai Abu Maisarah, mengapa engkau menangis?" Abu Maisarah menjawab, "Kita telah diberitahu bahwa kita akan mendatangi neraka itu (*merujuk pada Surah Maryam ayat 71) dan tidak diberitahu bahwa kita akan keluar darinya."
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Maryam ayat 71-72]
8. Wahib ibnul Ward (dari generasi Tabi’in):
كما روى ابن أبي حاتم من حديث محمد بن يزيد بن خنيس المكي ، عن وهيب بن الورد : أنه قرأ : ( وإذ يرفع إبراهيم القواعد من البيت وإسماعيل ربنا تقبل منا ) ثم يبكي ويقول : يا خليل الرحمن ، ترفع قوائم بيت الرحمن وأنت مشفق أن لا يتقبل منك
Terjemahan: “Seperti apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim melalui hadis Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais Al-Makki, dari Wahib ibnul Ward, bahwa ia membaca firman-Nya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami).” (Surah Al-Baqarah:127). Kemudian Wahib Ibnul Ward menangis dan mengatakan, “Wahai kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, engkau sedang meninggikan dasar-dasar Baitullah, tetapi engkau merasa takut bila amalanmu tidak diterima.”
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Baqarah, lanjutan ayat 125-128]
9. Abdul A'la At-Taimi (dari generasi Tabi'in):
Kata beliau:
" مَنْ أُوتِيَ مِنْ الْعِلْمِ مَا لَا يُبْكِيهِ لَخَلِيقٌ أَنْ لَا يَكُونَ أُوتِيَ عِلْمًا يَنْفَعُهُ ، لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى نَعَتَ الْعُلَمَاءَ ، ثُمَّ قَرَأ : إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ إِلَى قَوْلِهِ يَبْكُونَ سورة الإسراء آية 107 - 109 "
terjemahan: "Barangsiapa yang telah diberi ilmu namun tidak menjadikannya menangis kepada Al-Khaliq (Allah), maka hakikatnya ia tidak diberi ilmu. Sebab Allah telah mensifati para ulama (orang-orang yang berilmu) seraya berfirman: (dalam Surah Al-Isra' ayat 107-109):
قُلْ آمِنُواْ بِهِ أَوْ لاَ تُؤْمِنُواْ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِن كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولاً وَيَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Terjemahan: Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. [Surah Al-Isra’ (17) ayat 107-109]
[Sumber: Hadits Maqthu' - Sunan Ad-Darimi]
10. Lain-lain:
Ibnu Katsir ada menyebutkan dalam kitab tafsirnya:
قال بعض السلف : إذا سمعت المثل في القرآن فلم أفهمه بكيت على نفسي ؛ لأن الله تعالى يقول : ( وتلك الأمثال نضربها للناس وما يعقلها إلا العالمون )
Terjemahan:
Sebagian salaf (generasi Muslim 3 kurun pertama) mengatakan, “Apabila aku mendengar perumpamaan di dalam Al-Qur’an, lalu aku tidak memahaminya, maka aku menangisi diriku sendiri, karena Allah SWT telah berfirman: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Surah Al-Ankabut:43)
[Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Baqarah, ayat 26-27]
Wallahu a'lam.
Re: [Perkongsian]: Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
sapa yg susun artikel ni? Enta?
thtl- Admin
- Posts : 9561
Points : 10331
Join date : 24/11/2011
Re: [Perkongsian]: Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
yep. hari tu Ad-Dien mintak letak kat forum BicaraTHTL.
Re: [Perkongsian]: Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
Cuma ia tergantung...
Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
Adakah perkara ini memiliki dasar dalam agama Islam?
Rumusannya tak ada dari pengarang, dibiarkan pembaca buat kesimpulan sendiri..
Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
Adakah perkara ini memiliki dasar dalam agama Islam?
Rumusannya tak ada dari pengarang, dibiarkan pembaca buat kesimpulan sendiri..
thtl- Admin
- Posts : 9561
Points : 10331
Join date : 24/11/2011
Re: [Perkongsian]: Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
Rumusannya rasanya cuma "wallahu a'lam" yang kat bawah sekali tu, sebab pengarangnya pun masih memikirkan/masih belajar. Mungkin para pembaca lebih tahu daripada pengarang, sebab pengarang target nak kumpul dalil-dalil dan kisah-kisah saja.
Re: [Perkongsian]: Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
Bagaimana kalau sebab menangis itu kerana tersentuh dgn tarannum nahawand atau hijaz yg sangat mendayu-dayu alunannya yg dibawa oleh qari atau imam atau muazzin tanpa tahu erti ayat2 yg dibawakan?
Atau menangis kerana terpengaruh dgn intonasi sedih & sebak sang penceramah yg handal bermain intonasi suara sedangkan dia hanya acting tak menangis pun? Adakah kaedah ini tercela?
Adakah ia mencapai maksud galakkan menangis?
Atau menangis kerana terpengaruh dgn intonasi sedih & sebak sang penceramah yg handal bermain intonasi suara sedangkan dia hanya acting tak menangis pun? Adakah kaedah ini tercela?
Adakah ia mencapai maksud galakkan menangis?
AwgSagi- AHLI
- Posts : 22
Points : 30
Join date : 06/03/2013
Re: [Perkongsian]: Benarkah menangis ketika membaca Al-Qur’an itu suatu keutamaan?
ya, masuk dalam galakan menangis.
buat2 nangis pun OK, utk latihan
(Zaad al-Ma'ad Ibn Qayyim, 1:184)
buat2 nangis yg dicela ialah jika nak tunjuk kat orang atau utk selfie
buat2 nangis pun OK, utk latihan
(Zaad al-Ma'ad Ibn Qayyim, 1:184)
buat2 nangis yg dicela ialah jika nak tunjuk kat orang atau utk selfie
thtl- Admin
- Posts : 9561
Points : 10331
Join date : 24/11/2011
Similar topics
» Tingkatan/Level/Maqam Keutamaan Para Sahabat Rasulullah s.a.w.
» Hukum membaca mushaf Al-Quran yg disertakan terjemahan ketika solat.
» hukum menadah tangan ketika doa ketika khutbah
» [syarah] Hadits Keutamaan Parsi
» Hadis mengenai perkongsian minuman
» Hukum membaca mushaf Al-Quran yg disertakan terjemahan ketika solat.
» hukum menadah tangan ketika doa ketika khutbah
» [syarah] Hadits Keutamaan Parsi
» Hadis mengenai perkongsian minuman
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum